, ,

Tragedi Tambang Ilegal Sangihe Instruksi Presiden Prabowo Diabaikan

by -113 Views

Tragedi Bowone Sangihe: Nyawa Melayang, Instruksi Presiden Diabaikan, dan Mafia Tambang Ilegal yang Tak Tersentuh Hukum

News Tahuna– Dunia pertambangan Indonesia kembali berdarah. Dua nyawa melayang dalam tragedi longsor di lokasi tambang emas ilegal di Kampung Bowone, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, pada Jumat, 21 Agustus 2025. Peristiwa ini bukan hanya sekadar kecelakaan kerja, tetapi menjadi bukti nyata bagaimana instruksi langsung Presiden Prabowo Subianto untuk menutup tambang ilegal dan menangkap mafianya ternyata hanya menjadi wacana di atas kertas, setidaknya di wilayah terpencil nan jauh dari pusat kekuasaan ini.

Instruksi Presiden yang Tak Bergigi di Bumi Sangihe

Belum genap seminggu Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan instruksi tegasnya. Dengan nada geram, ia memerintahkan penutupan dan penangkapan terhadap para mafia tambang ilegal yang telah merugikan negara hingga Rp 300 triliun. Itu adalah angka yang fantastis, angka yang setara dengan pembangunan puluhan ribu sekolah, ratusan rumah sakit, atau jalan tol yang membentang dari Sabang sampai Merauke.

Kronologi Kematian di Lubang Tambang Ilegal

Hari itu, Jumat pagi, lima pekerja memasuki lokasi tambang emas di tanah milik keluarga Tatali. Sejak pukul 09.00 WITA, mereka sudah mulai bekerja, membagi tugas di sekitar lubang tambang yang menganga.

Tangkap Pemilik Tambang Ilegal Bowone Sangihe! Bekingan Kuat Sampai Instruksi Presiden Prabowo Diabaikan, Dua Warga Tertimbun - Manado Post

Baca Juga: PSDKP Tahuna Bekali Nelayan Sangihe Ilmu Hindari Sengketa

Dua jam kemudian, sekitar pukul 11.30 WITA, Jun Vendri Diamare alias Nun (38), salah seorang pekerja, meninggalkan lubang tambang sedalam dua meter itu. Saat itu, kedua kawannya, Jatri Lomboh dan Viktor Luis Pontoh, masih bertahan di dalam, terus menggali, berharap menemukan butiran emas yang bisa mengubah hidup mereka.

Jun berjalan menuju tempat pemecahan batu, sekitar 60 meter dari lubang. Tak lama kemudian, suasana tenang itu pecah oleh teriakan panik.

Viali Aer (32), yang sedang duduk sekitar 5 meter dari lubang, melihat langsung tanah dari bagian atas runtuh. Dengan cepat, material tanah itu menutupi lubang tempat Jatri dan Viktor bekerja. Viali berteriak histeris meminta tolong kepada Jun.

Adrianto Mehipe alias Nino (23), yang bekerja sekitar 5 meter dari lokasi, menyaksikan hal serupa. Menurutnya, semuanya terjadi begitu cepat. Kedua korban tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri. Mereka tertimbun hidup-hidup di dalam lubang yang mereka gali sendiri.

Penanggung Jawab Tambang dan Pertanyaan tentang Bekingan Kuat

Lokasi tambang ilegal ini berada di tanah milik keluarga Tatali, dengan penanggung jawab bernama Faizal Tatali. Pertanyaan besar yang kini harus dijawab oleh aparat penegak hukum: di mana Faizal Tatali saat tragedi terjadi? Mengapa tambang ilegal ini bisa beroperasi begitu saja, bahkan setelah instruksi presiden?

Isu tentang “bekingan kuat” yang melindungi para bos tambang ilegal di Sangihe bukanlah rahasia umum lagi. Mereka seperti kebal hukum, beroperasi dengan lancar di bawah perlindungan orang-orang berpengaruh. Instruksi presiden pun diabaiakn, seolah hanya angin lalu yang tak punya kekuatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.